::..CONTOH SOAL SUBNETTING..::
Soal Subnetting dan Teknik Mengerjakannya
1. SOAL MENANYAKAN SUBNETMASK DENGAN PERSYARATAN JUMLAH HOST ATAU SUBNET
Soal yang menanyakan subnetmask apa yang sebaiknya digunakan dengan batasan jumlah host atau subnet yang ditentukan dalam soal. Untuk menjawab soal seperti ini kita gunakan rumus menghitung jumlah host per subnet, yaitu 2y – 2, dimana y adalah banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnetmask. Dan apabila yang ditentukan adalah jumlah subnet, kita menggunakan rumus 2x (cara setelah 2005) atau 2x – 2 (cara sebelum 2005), dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnetmask.
soal:
1. Sebuah perusahaan berencana untuk subnet jaringan untuk maksimal 27 host. Subnetmask yang akan memberikan host yang diperlukan dan meninggalkan alamat yang tidak digunakan paling sedikit di setiap subnet?
Jawab: Karena kebutuhan host adalah 27, kita tinggal masukkan ke rumus 2y – 2, dimana jawabannya tidak boleh kurang dari (atau sama dengan) 27. Jadi 2y – 2 >= 27, sehingga nilai y yang tepat adalah 5 (30 host). Sekali lagi karena y adalah banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnetmask, maka kalau kita susun subnetmasknya menjadi 11111111.11111111.11111111.11100000 atau kalau kita desimalkan menjadi 255.255.255.224. Itulah jawabannya
2. Anda memiliki ID Kelas jaringan B dan membutuhkan sekitar 450 alamat IP untuk setiap subnet. Berapa subnetmask terbaik untuk jaringan ini?
Jawab: 2y – 2 >= 450. Nilai y yang tepat adalah 9 (510 host). Jadi subnetmasknya adalah: 11111111.11111111.11111110.00000000 atau kalau didesimalkan menjadi 255.255.254.0 (itulah jawabannya! ).
3. he internetwork dalam pameran ini diberi alamat IP 172.20.0.0. Apa yang akan menjadi subnet mask yang sesuai untuk memaksimalkan jumlah jaringan yang tersedia untuk pertumbuhan di masa depan?
Jawab: Cari jumlah host per subnet yang paling besar, jadikan itu rujukan karena kalau kita ambil terkecil ada kemungkinan kebutuhan host yang lebih besar tidak tercukupi. Jadi untuk soal ini 2y – 2 >= 850. Nilai y yang paling tepat adalah 10 (1022 host). Jadi subnetmasknya adalah 11111111.11111111.11111100.00000000 atau 255.255.252.0
2. SOAL MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAMAT IP
Soal: Jenis alamat 223.168.17.167/29?
Jawab: Subnetmask dengan CIDR /29 artinya 255.255.255. 248. Blok subnet= 256-248 = 8, alias urutan subnetnya adalah kelipatan 8 yaitu 0, 8, 16, 24, 32, …, 248. Tidak perlu mencari semu subnet (kelipatan blok subnet), yang penting kita cek kelipatan 8 yang paling dekat dengan 167 (sesuai soal), yaitu 160 dan 168. Kalau kita susun seperti yang dulu kita lakukan di penghitungan subnetting adalah seperti di bawah. Dari situ ketahuan bahwa 223.168.17.167 adalah alamat broadcast.
Subnet … 223.168.17.160 223.168.17.168 …
Host Pertama … 223.168.17.161 223.168.17.169 …
Host Terakhir … 223.168.17.166 223.168.17.174 …
Broadcast … 223.168.17.167 223.168.17.175 …
3. SOAL MENGIDENTIFIKASI KESALAHAN SETTING JARINGAN
Teknik mengerjakan soal yang berhubungan dengan kesalahan setting jaringan adalah kita harus menganalisa alamat IP, gateway dan netmasknya apakah sudah bener. Sudah benar ini artinya:
1.Apakah subnetmask yang digunakan di host dan di router sudah sama
2.Apakah alamat IP tersebut masuk diantara host pertama dan terakhir. Perlu dicatat bahwa alamat subnet dan broadcast tidak bisa digunakan untuk alamat IP host
3.Biasanya alamat host pertama digunakan untuk alamat IP di router untuk subnet tersebut
* subnettingidentifikasi.jpgSoal: Host A is connected to the LAN, but it cannot connect to the Internet. The host configuration is shown in the exhibit. What are the two problems with this configuration?
Jawab: CIDR /27 artinya netmask yang digunakan adalah 255.255.255.224. Dari sini kita tahu bahwa isian netmask di host adalah berbeda, jadi salah setting di netmask. Yang kedua blok subnet = 256-224 = 32, jadi subnetnya adalah kelipatan 32 (0, 32, 64, 86, 128, …, 224). Artinya di bawah Router 1, masuk di subnet 198.18.166.32. Alamat gateway sudah benar, karena biasa digunakan alamat host pertama. Hanya alamat IP hostnya salah karena 198.18.166.65 masuk di alamat subnet 198.18.166.64 dan bukan 198.18.166.32.
4. SOAL MENGIDENTIFIKASI ALAMAT SUBNET DAN HOST YANG VALID
Soal:
Berapa jumlah subnetwork dari sebuah host dengan alamat IP 172.16.66.0/21 Jawab: CIDR / 21 berarti 255.255.248.0. Blok subnet = 256-248 = 8, netmasknya adalah kelipatan 8 (0, 8, 16, 24, 32, 40, 48, …, 248) dan KARENA Suami adalah alamat IP kelas B, blok subnet Kita “goyang” di oktet ke 3. Kita semuanya regular tidak perlu daftar, Kita Hanya perlu cari kelipatan 8 Yang pagar Artikel Baru Dekat 66 (sesuai soal Artikel Baru), yaitu 64 dan 72. Jadi susunan alamat IP Khusus untuk subnet 172.16.64.0 dan 172.16.72.0 adalah Pembongkaran di Bawah. Bisa Jadi Pertanyaan dijawab bahwa 172.16.66.0 ITU Masuk di subnet 172.16.64.0
Subnet … 172.16.64.0 172.16.72.0 …
Host Pertama … 172.16.64.1 172.16.72.1 …
Host Terakhir … 172.16.71.254 172.16.79.254 …
Broadcast … 172.16.71.255 172.16.79.255 …
5. SOAL-SOAL LAIN YANG UNIK
Yang kombinasi id jaringan dan subnet mask benar mengidentifikasi semua alamat IP dari 172.16.128.0 sampai 172.16.159.255 Jawab:? Diatas Teknik mengerjakan soal pagar Cari Syarat masuk Artikel Baru adalah menganggap 172.16.128.0 dan 172.16.159.255 adalah Satu blok subnet. Jadi kalau Kita gambarkan Pembongkaran di Bawah:
Subnet … 172.16.128.0 …
Host Pertama … …
Host Terakhir … …
Broadcast … 172.16.159.255 …
Dari sini berarti kita bisa lihat bahwa alamat subnet berikutnya pasti 172.16.160.0, karena rumus alamat broadcast adalah satu alamat sebelum alamat subnet berikutnya. Nah sekarang jadi ketahuan blok subnetnya adalah 160-128 = 32 (kelipatan 32), terus otomatis juga ketahuan subnetmasknya karena rumus blok subnet adalah 256-oktet terakhir netmask. Artinya subnetmasknya adalah 255.255.224.0. Kok tahu kalau letak 224 di oktet ketiga? Ya karena yang kita kurangi (“goyang”) tadi adalah oktet ketiga.
Subnet … 172.16.128.0 172.16.160.0 …
Host Pertama … …
Host Terakhir … …
Broadcast … 172.16.159.255 …
(Pertemaun 14) JARINGAN KOMPUTER
Kamis, 06 Januari 2011
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
23.14
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemaun 13) JARINGAN KOMPUTER
::..CONTOH SOAL STATIC ROUTING..::
anda sudah melihat bagaimana menghitung subnetting IP dari beberapa Kelas yaitu A B C, sekarang mari kita praktekan perhitungan tersebut menggunakan Packet Tracert 5.0.
Studi Kasus – Packet Tracert 5.0 :
Latihan Routing Static
Dari => Router => Switch => PC
A: Router0
serial0/1 = 10.1.1.1
Fa0/1 = 192.168.1.1/24
IP PC = 192.168.1.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.1.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.1
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
B: Router1
serial0/1 = 10.1.1.2
serial1/1 = 10.1.1.5
Fa0/1 = 192.168.2.1/24
IP PC = 192.168.2.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.2.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.2
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.5
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
C: Router2
serial0/1 = 10.1.1.6
serial1/1 = 10.1.1.9
Fa0/1 = 192.168.3.1/24
IP PC = 192.168.3.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.3.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.6
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.9
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
D: Router3
serial0/1 = 10.1.1.10
serial1/1 = 10.1.1.13
Fa0/1 = 192.168.4.1/24
IP PC = 192.168.4.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.4.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.10
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.13
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
E: Router4
serial0/1 = 10.1.1.14
Fa0/1 = 192.168.5.1/24
IP PC = 192.168.5.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.5.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.14
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
anda sudah melihat bagaimana menghitung subnetting IP dari beberapa Kelas yaitu A B C, sekarang mari kita praktekan perhitungan tersebut menggunakan Packet Tracert 5.0.
Studi Kasus – Packet Tracert 5.0 :
Latihan Routing Static
Dari => Router => Switch => PC
A: Router0
serial0/1 = 10.1.1.1
Fa0/1 = 192.168.1.1/24
IP PC = 192.168.1.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.1.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.1
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
B: Router1
serial0/1 = 10.1.1.2
serial1/1 = 10.1.1.5
Fa0/1 = 192.168.2.1/24
IP PC = 192.168.2.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.2.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.2
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.5
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
C: Router2
serial0/1 = 10.1.1.6
serial1/1 = 10.1.1.9
Fa0/1 = 192.168.3.1/24
IP PC = 192.168.3.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.3.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.6
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.9
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
D: Router3
serial0/1 = 10.1.1.10
serial1/1 = 10.1.1.13
Fa0/1 = 192.168.4.1/24
IP PC = 192.168.4.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.4.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.10
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.13
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
E: Router4
serial0/1 = 10.1.1.14
Fa0/1 = 192.168.5.1/24
IP PC = 192.168.5.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.5.1
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.14
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
23.13
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 12) JARINGAN KOMPUTER
::..CONTOH SOAL DINAMIC ROUTING..::
Pada kesempatan kali ini akan kita bahas materi terkait CISCO router menggunakan tipe routing dinamis.
cara konfigurasinya adalah sebagai berikut :
KONFIGURASI ROUTER1
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hos
Router(config)#hostname R1
R1(config)#int s1/0
R1(config-if)#ip address 202.110.10.1 255.255.255.0
R1(config-if)#clock rate 128000
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#int f0/0
R1(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#int f0/1
R1(config-if)#ip address 192.168.0.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#router rip
R1(config-router)#network 192.168.0.0
R1(config-router)#network 192.168.1.0
R1(config-router)#network 202.110.10.0
R1(config-router)#network 172.16.0.0
R1(config-router)#network 172.18.0.0
R1(config-router)#network 172.30.0.0
R1(config-router)#network 10.0.0.0
R1(config-router)#end
R1#wr mem // ini adalah perintah untuk menyimpan konfigurasi router kedalam IOS //
Building configuration…
[OK]
R1#sh ip int brief // ini adalah perintah untuk melihat status interface sudah UP atau belum //
R1#sh ip route // ini adalah perintah untuk melihat rute jalur routingnya //
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
R 10.0.0.0/8 [120/2] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
R 172.16.0.0/16 [120/1] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
R 172.18.0.0/16 [120/1] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
R 172.30.0.0/16 [120/2] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
C 192.168.0.0/24 is directly connected, FastEthernet0/1
C 192.168.1.0/24 is directly connected, FastEthernet0/0
C 202.110.10.0/24 is directly connected, Serial1/0
R1#ping 10.0.0.1
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.0.0.1, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 46/56/63 ms
R1#
KONFIGURASI ROUTER2
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R2
R2(config)#int s1/0
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 202.110.10.2 255.255.255.0
R2(config-if)#clock rate 128000
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#int s1/1
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 172.18.0.1 255.255.0.0
R2(config-if)#clock rate 128000
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#int f0/0
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 172.16.0.1 255.255.0.0
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#router rip
R2(config-router)#network 172.16.0.0
R2(config-router)#network 202.110.10.0
R2(config-router)#network 172.18.0.0
R2(config-router)#network 192.168.0.0
R2(config-router)#network 192.168.1.0
R2(config-router)#network 10.0.0.0
R2(config)#end
R2#wr mem // ini adalah perintah untuk menyimpan konfigurasi router kedalam IOS //
Building configuration…
[OK]
R2#sh ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
R 10.0.0.0/8 [120/1] via 172.18.0.2, 00:00:10, Serial1/1
C 172.16.0.0/16 is directly connected, FastEthernet0/0
C 172.18.0.0/16 is directly connected, Serial1/1
R 172.30.0.0/16 [120/1] via 172.18.0.2, 00:00:10, Serial1/1
R 192.168.0.0/24 [120/1] via 202.110.10.1, 00:00:12, Serial1/0
R 192.168.1.0/24 [120/1] via 202.110.10.1, 00:00:12, Serial1/0
C 202.110.10.0/24 is directly connected, Serial1/0
R2#
KONFIGURASI ROUTER3
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hos
Router(config)#hostname R3
R3(config)#int s1/0
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 172.18.0.1 255.255.0.0
R3(config-if)#clock rate 128000
R3(config-if)#no shut
R3(config-if)#exit
R3(config)#int f0/0
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 10.0.0.1 255.0.0.0
R3(config-if)#no shut
R3(config)#int f0/1
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 172.30.0.1 255.255.0.0
R3(config-if)#no shut
R3(config-if)#exit
R3(config)#router rip
R3(config)#network 172.30.0.0
R3(config)#network 172.18.0.0
R3(config)#network 10.0.0.0
R3(config)#network 202.110.10.0
R3(config)#network 172.16.0.0
R3(config)#network 192.168.0.0
R3(config)#network 192.168.1.0
R3(config)#end
R3#sh ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
C 10.0.0.0/8 is directly connected, FastEthernet0/0
R 172.16.0.0/16 [120/1] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
C 172.18.0.0/16 is directly connected, Serial1/0
C 172.30.0.0/16 is directly connected, FastEthernet0/1
R 192.168.0.0/24 [120/2] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
R 192.168.1.0/24 [120/2] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
R 202.110.10.0/24 [120/1] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
R3#
Kemudian jangan lupa untuk menkonfigurasi IP Address komputer client sesuai dengan topologi jaringan yang telah di design sebelumnya. Dan jangan lupa untuk melakukan test ping untuk memastikan koneksi antar network.
PC0>ping 172.30.0.2
Pinging 172.30.0.2 with 32 bytes of data:
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=219ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=250ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=250ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=235ms TTL=125
Ping statistics for 172.30.0.2:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
Minimum = 219ms, Maximum = 250ms, Average = 238ms
PC0>tracert 172.30.0.2
Tracing route to 172.30.0.2 over a maximum of 30 hops:
1 63 ms 94 ms 78 ms 192.168.1.1
2 125 ms 125 ms 125 ms 202.110.10.2
3 156 ms 141 ms 125 ms 172.18.0.2
4 234 ms 218 ms 187 ms 172.30.0.2
Trace complete.
Dengan demikian sudah dapat kita hubungkan antara PC0 pada network 192.168.1.0/24 dengan network PC4 yang memiliki network 172.30.0.0/16
Pada kesempatan kali ini akan kita bahas materi terkait CISCO router menggunakan tipe routing dinamis.
cara konfigurasinya adalah sebagai berikut :
KONFIGURASI ROUTER1
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hos
Router(config)#hostname R1
R1(config)#int s1/0
R1(config-if)#ip address 202.110.10.1 255.255.255.0
R1(config-if)#clock rate 128000
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#int f0/0
R1(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#int f0/1
R1(config-if)#ip address 192.168.0.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#router rip
R1(config-router)#network 192.168.0.0
R1(config-router)#network 192.168.1.0
R1(config-router)#network 202.110.10.0
R1(config-router)#network 172.16.0.0
R1(config-router)#network 172.18.0.0
R1(config-router)#network 172.30.0.0
R1(config-router)#network 10.0.0.0
R1(config-router)#end
R1#wr mem // ini adalah perintah untuk menyimpan konfigurasi router kedalam IOS //
Building configuration…
[OK]
R1#sh ip int brief // ini adalah perintah untuk melihat status interface sudah UP atau belum //
R1#sh ip route // ini adalah perintah untuk melihat rute jalur routingnya //
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
R 10.0.0.0/8 [120/2] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
R 172.16.0.0/16 [120/1] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
R 172.18.0.0/16 [120/1] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
R 172.30.0.0/16 [120/2] via 202.110.10.2, 00:00:25, Serial1/0
C 192.168.0.0/24 is directly connected, FastEthernet0/1
C 192.168.1.0/24 is directly connected, FastEthernet0/0
C 202.110.10.0/24 is directly connected, Serial1/0
R1#ping 10.0.0.1
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.0.0.1, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 46/56/63 ms
R1#
KONFIGURASI ROUTER2
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R2
R2(config)#int s1/0
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 202.110.10.2 255.255.255.0
R2(config-if)#clock rate 128000
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#int s1/1
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 172.18.0.1 255.255.0.0
R2(config-if)#clock rate 128000
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#int f0/0
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 172.16.0.1 255.255.0.0
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#router rip
R2(config-router)#network 172.16.0.0
R2(config-router)#network 202.110.10.0
R2(config-router)#network 172.18.0.0
R2(config-router)#network 192.168.0.0
R2(config-router)#network 192.168.1.0
R2(config-router)#network 10.0.0.0
R2(config)#end
R2#wr mem // ini adalah perintah untuk menyimpan konfigurasi router kedalam IOS //
Building configuration…
[OK]
R2#sh ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
R 10.0.0.0/8 [120/1] via 172.18.0.2, 00:00:10, Serial1/1
C 172.16.0.0/16 is directly connected, FastEthernet0/0
C 172.18.0.0/16 is directly connected, Serial1/1
R 172.30.0.0/16 [120/1] via 172.18.0.2, 00:00:10, Serial1/1
R 192.168.0.0/24 [120/1] via 202.110.10.1, 00:00:12, Serial1/0
R 192.168.1.0/24 [120/1] via 202.110.10.1, 00:00:12, Serial1/0
C 202.110.10.0/24 is directly connected, Serial1/0
R2#
KONFIGURASI ROUTER3
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hos
Router(config)#hostname R3
R3(config)#int s1/0
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 172.18.0.1 255.255.0.0
R3(config-if)#clock rate 128000
R3(config-if)#no shut
R3(config-if)#exit
R3(config)#int f0/0
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 10.0.0.1 255.0.0.0
R3(config-if)#no shut
R3(config)#int f0/1
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 172.30.0.1 255.255.0.0
R3(config-if)#no shut
R3(config-if)#exit
R3(config)#router rip
R3(config)#network 172.30.0.0
R3(config)#network 172.18.0.0
R3(config)#network 10.0.0.0
R3(config)#network 202.110.10.0
R3(config)#network 172.16.0.0
R3(config)#network 192.168.0.0
R3(config)#network 192.168.1.0
R3(config)#end
R3#sh ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
C 10.0.0.0/8 is directly connected, FastEthernet0/0
R 172.16.0.0/16 [120/1] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
C 172.18.0.0/16 is directly connected, Serial1/0
C 172.30.0.0/16 is directly connected, FastEthernet0/1
R 192.168.0.0/24 [120/2] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
R 192.168.1.0/24 [120/2] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
R 202.110.10.0/24 [120/1] via 172.18.0.1, 00:00:19, Serial1/0
R3#
Kemudian jangan lupa untuk menkonfigurasi IP Address komputer client sesuai dengan topologi jaringan yang telah di design sebelumnya. Dan jangan lupa untuk melakukan test ping untuk memastikan koneksi antar network.
PC0>ping 172.30.0.2
Pinging 172.30.0.2 with 32 bytes of data:
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=219ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=250ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=250ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=235ms TTL=125
Ping statistics for 172.30.0.2:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
Minimum = 219ms, Maximum = 250ms, Average = 238ms
PC0>tracert 172.30.0.2
Tracing route to 172.30.0.2 over a maximum of 30 hops:
1 63 ms 94 ms 78 ms 192.168.1.1
2 125 ms 125 ms 125 ms 202.110.10.2
3 156 ms 141 ms 125 ms 172.18.0.2
4 234 ms 218 ms 187 ms 172.30.0.2
Trace complete.
Dengan demikian sudah dapat kita hubungkan antara PC0 pada network 192.168.1.0/24 dengan network PC4 yang memiliki network 172.30.0.0/16
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
23.11
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 11) JARINGAN KOMPUTER
::..CONTOH SOAL VLAN..::
Vlan atau Virtual LAN berguna untuk memudahkan pengaturan dalam konfigurasi LAN dan berguna untuk membagi berdasarkan kebutuhan organisasi. Umumnya pembagian vlan dikategorikan berdasarkan lantai atau departemen di unit kerja organisasi dengan kelas IP yang berbeda namun mereka masih dapat berkomunikasi satu sama lain layaknya dalam satu LAN. Yang dibutuhkan adalah manageable switch dan router yang akan merouting class2 IP yang ada didalam vlan.
Gimana kalau kita langsung aja yah, jangan lupa siapkan rokok, teh manis, kacang ehhh blm bukaaa tau .
Scenarionya gini, kita akan membuat vlan berdasarkan lantai yang ada digedung tempat kita bekerja yah (secara kantor saya setupnya kurang lebih seperti ini, biar ga repot2 nulisnya ajah ). Yah ga semua lantai kaleee, secara lantai2 lain kan punya kantor lain kalee . Serius mode on: kantor kita memiliki 3 lantai, dan kita akan membagi masing2 lantai dengan class IP yang berbeda.
Biar memudahkan konfigurasi dan maintenance (nantinya), dimasing2 device kita beri identitas. Identitasnya seperti apa ya nanti disesuaikan saja sama kepentingan kalian, yang penting pemberian nama device itu konsisten. Yang saya gunakan seperti yang diatas, dan berikut penjelasannya
Konfigurasi Main Switch (yang berada dibelakang router)
Port Fastethernet 0/1 Vlan 10 (lantai 1)
Port Fastethernet 0/10 Vlan 20 (lantai 2)
Port Fastethernet 0/20 Vlan 30 (lantai 3)
Port Fastethernet 0/24 trunk dan encapsulation
Ok, kita langsung yah.
Switch>en
Switch#config t
Switch(config)#hostname main_switch ==> nama switch
main_switch(config)#line console 0 ==> setting password console
main_switch(config)#login
main_switch(config)#password password1==> password: password1
main_switch(config)#enable secret password1 ==> encrypting
main_switch(config)#vlan 10 ==> Vlan 10 untuk lantai 1 dst
main_switch(config-vlan)#name lantai1
main_switch(config-vlan)#exit
main_switch(config)#vlan 20
main_switch(config-vlan)#name lantai2
main_switch(config-vlan)#exit
main_switch(config)#vlan 30
main_switch(config-vlan)#name lantai3
main_switch(config-vlan)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/1 ==> Port 0/1 diassign untuk Vlan 10 (lantai1)
main_switch(config-if)#switchport access vlan 10
main_switch(config-if)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/10 ==> Port 0/10 diassign untuk Vlan 20 (Lantai2)
main_switch(config-if)#switchport access vlan 20
main_switch(config-if)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/20
main_switch(config-if)#switchport access vlan 30 ==> Port 0/20 diassign untuk Vlan 30 (lantai3)
main_switch(config-if)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/24
main_switch(config-if)#switchport mode trunk
main_switch(config-if)#switchport trunk encapsulation dot1q
main_switch(config-if)#ctrl^z
main_switch#copy running-config startup-config
Nah kalau sudah, untuk melihat konfigurasi vlannya ketik sh vlan.
Sekarang kita akan konfigurasi routernya
Router>en
Router#config t
Router(config)#hostname HQ-JKT ==> nama router
HQ-JKT(config)#line console 0
HQ-JKT(config)#login
HQ-JKT(config)#password password1
HQ-JKT(config)#enable secret password1
HQ-JKT(config)#line vty 0 4
HQ-JKT(config)#password password2
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0
HQ-JKT(config-if)#no shut ==> aktifkan port FA 0/0
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0.10 ==> assign Vlan lantai 1
HQ-JKT(config-subif)#encapsulation dot1q 10
HQ-JKT(config-subif)#ip address 192.0.0.1 255.255.255.0
HQ-JKT(config-subif)#exit
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0.20 ==> assign Vlan lantai 2
HQ-JKT(config-subif)#encapsulation dot1q 20
HQ-JKT(config-subif)#ip address 10.0.0.254 255.0.0.0
HQ-JKT(config-subif)#exit
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0.30 ==> assign Vlan lantai 3
HQ-JKT(config-subif)#encapsulation dot1q 30
HQ-JKT(config-subif)#ip address 128.0.0.254 255.255.0.0
HQ-JKT(config-subif)#ctrl^z
HQ-JKT#copy running-config startup-config ==> save configurasi
Untuk melihat konfigurasinya sms ke ketik sh run. IP yang diassign di masing2 child FastEthernet ialah hanya gateway dan subnetnya saja. Selesai deh, sekarang di pc lantai 3 coba kamu ping ke 192.0.0.1 kalau reply berarti no problemo kl RTO kamu check lagi configurasinya yah.
Kalau Vlan-nya mau dibuat berdasarkan department yang ada dikantor kamu, vlan name lantai tinggal kamu ganti dengan departement ajah. Easy right.
Vlan atau Virtual LAN berguna untuk memudahkan pengaturan dalam konfigurasi LAN dan berguna untuk membagi berdasarkan kebutuhan organisasi. Umumnya pembagian vlan dikategorikan berdasarkan lantai atau departemen di unit kerja organisasi dengan kelas IP yang berbeda namun mereka masih dapat berkomunikasi satu sama lain layaknya dalam satu LAN. Yang dibutuhkan adalah manageable switch dan router yang akan merouting class2 IP yang ada didalam vlan.
Gimana kalau kita langsung aja yah, jangan lupa siapkan rokok, teh manis, kacang ehhh blm bukaaa tau .
Scenarionya gini, kita akan membuat vlan berdasarkan lantai yang ada digedung tempat kita bekerja yah (secara kantor saya setupnya kurang lebih seperti ini, biar ga repot2 nulisnya ajah ). Yah ga semua lantai kaleee, secara lantai2 lain kan punya kantor lain kalee . Serius mode on: kantor kita memiliki 3 lantai, dan kita akan membagi masing2 lantai dengan class IP yang berbeda.
- Lantai 1 – Vlan 10 (192.0.0.1/24 & Gateway 192.0.0.254)
- Lantai 2 – Vlan 20 (10.0.0.1/8 & Gateway 10.0.0.254)
- Lantai 3 – Vlan 30 (128.0.0.1/16 & Gateway 128.0.0.254)
Biar memudahkan konfigurasi dan maintenance (nantinya), dimasing2 device kita beri identitas. Identitasnya seperti apa ya nanti disesuaikan saja sama kepentingan kalian, yang penting pemberian nama device itu konsisten. Yang saya gunakan seperti yang diatas, dan berikut penjelasannya
Konfigurasi Main Switch (yang berada dibelakang router)
Port Fastethernet 0/1 Vlan 10 (lantai 1)
Port Fastethernet 0/10 Vlan 20 (lantai 2)
Port Fastethernet 0/20 Vlan 30 (lantai 3)
Port Fastethernet 0/24 trunk dan encapsulation
Ok, kita langsung yah.
Switch>en
Switch#config t
Switch(config)#hostname main_switch ==> nama switch
main_switch(config)#line console 0 ==> setting password console
main_switch(config)#login
main_switch(config)#password password1==> password: password1
main_switch(config)#enable secret password1 ==> encrypting
main_switch(config)#vlan 10 ==> Vlan 10 untuk lantai 1 dst
main_switch(config-vlan)#name lantai1
main_switch(config-vlan)#exit
main_switch(config)#vlan 20
main_switch(config-vlan)#name lantai2
main_switch(config-vlan)#exit
main_switch(config)#vlan 30
main_switch(config-vlan)#name lantai3
main_switch(config-vlan)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/1 ==> Port 0/1 diassign untuk Vlan 10 (lantai1)
main_switch(config-if)#switchport access vlan 10
main_switch(config-if)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/10 ==> Port 0/10 diassign untuk Vlan 20 (Lantai2)
main_switch(config-if)#switchport access vlan 20
main_switch(config-if)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/20
main_switch(config-if)#switchport access vlan 30 ==> Port 0/20 diassign untuk Vlan 30 (lantai3)
main_switch(config-if)#exit
main_switch(config)#interface fastethernet 0/24
main_switch(config-if)#switchport mode trunk
main_switch(config-if)#switchport trunk encapsulation dot1q
main_switch(config-if)#ctrl^z
main_switch#copy running-config startup-config
Nah kalau sudah, untuk melihat konfigurasi vlannya ketik sh vlan.
Sekarang kita akan konfigurasi routernya
Router>en
Router#config t
Router(config)#hostname HQ-JKT ==> nama router
HQ-JKT(config)#line console 0
HQ-JKT(config)#login
HQ-JKT(config)#password password1
HQ-JKT(config)#enable secret password1
HQ-JKT(config)#line vty 0 4
HQ-JKT(config)#password password2
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0
HQ-JKT(config-if)#no shut ==> aktifkan port FA 0/0
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0.10 ==> assign Vlan lantai 1
HQ-JKT(config-subif)#encapsulation dot1q 10
HQ-JKT(config-subif)#ip address 192.0.0.1 255.255.255.0
HQ-JKT(config-subif)#exit
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0.20 ==> assign Vlan lantai 2
HQ-JKT(config-subif)#encapsulation dot1q 20
HQ-JKT(config-subif)#ip address 10.0.0.254 255.0.0.0
HQ-JKT(config-subif)#exit
HQ-JKT(config)#interface fastethernet 0/0.30 ==> assign Vlan lantai 3
HQ-JKT(config-subif)#encapsulation dot1q 30
HQ-JKT(config-subif)#ip address 128.0.0.254 255.255.0.0
HQ-JKT(config-subif)#ctrl^z
HQ-JKT#copy running-config startup-config ==> save configurasi
Untuk melihat konfigurasinya sms ke ketik sh run. IP yang diassign di masing2 child FastEthernet ialah hanya gateway dan subnetnya saja. Selesai deh, sekarang di pc lantai 3 coba kamu ping ke 192.0.0.1 kalau reply berarti no problemo kl RTO kamu check lagi configurasinya yah.
Kalau Vlan-nya mau dibuat berdasarkan department yang ada dikantor kamu, vlan name lantai tinggal kamu ganti dengan departement ajah. Easy right.
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
23.06
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 10) JARINGAN KOMPUTER
::..VLAN..::
VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN , hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi workstation.
Keuntungan dari VTP ini adalah, kita tidak perlu mengkonfigurasi VLAN pada setiap switch, hanya tinggal meng-assign port-port masuk ke VLAN, jadi kita bisa menghemat waktu konfigurasi, hehe
Nah ! langsung saja saya menjelaskan bagaimana cara mengkonfigurasi VTP pada Switch Cisco.
Skema IP :
VLAN 2 :
IP Network : 192.168.2.0./24
IP Host : 192.168.2.2-255
VLAN 3 :
IP Network : 192.168.3.0/24
IP Host : 192.168.3.2-255
Router 0
konfigurasikan subinterface pada fa 0/0
subinterface fa0/0.2 = ip 192.168.2.1/24
subinterface fa0/0.3 = ip 192.168.3.1/24
Switch 0
konfigurasikan port fa0/1 sampai fa0/3 sebagai trunk link
hubungkan fa0/4 ke hub VLAN 2
hubungkan fa0/5 ke hub VLAN 3
konfigurasi VTP server, domain, dan password ( antara Server dan Client, domain dan password harus sama, yang hanya berbeda mode saja )
Switch 1 dan Switch 2
konfigurasikan port fa0/1 sebagai trunk link
hubungkan fa0/2 ke hub VLAN 2
hubungkan fa0/3 ke hub VLAN 3
konfigurasi VTP client, domain, dan password
( hubungkan antar Switch menggunakan kabel Cross dan menggunakan Port yang berfungsi sebagai Trunk link, seperti skema jaringan diatas )
Konfigurasi Router 0
Router>en
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#interface fa0/0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#ex
Router(config)#interface fa0/0.2
Router(config-subif)#encapsulation dot1Q 2
Router(config-subif)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
Router(config-subif)#ex
Router(config)#interface fa0/0.3
Router(config-subif)#encapsulation dot1Q 3
Router(config-subif)#ip address 192.168.3.1 255.255.255.0
Router(config-subif)#ex
Router(config)#
1. Pastikan anda mengkonfigurasi VTP Server dan Client sebelum menambahkan VLAN
Konfigurasi Switch 0 – VTP Server
Switch(config)#vtp domain smk3
Switch(config)#vtp password smk3
Switch(config)#interface range fa0/1 – 3
Switch(config-if-range)#switchport mode trunk
Switch(config-if-range)#ex
Switch(config)#vtp domain smk3
Switch(config)#vtp password smk3
Switch(config)#ex
Switch#
Switch(config)#interface range fa0/1
Switch(config-if)#switchport mode trunk
2. Pastikan VTP Server dengan Client sudah terkoneksi pada Switch 0, Switch 1 dan Switch 2
Switch#show vtp status
VTP Version : 2
Configuration Revision : 0
Maximum VLANs supported locally : 255
Number of existing VLANs : 5
VTP Operating Mode : Server
VTP Domain Name : smk3
VTP Pruning Mode : Disabled
VTP V2 Mode : Disabled
VTP Traps Generation : Disabled
MD5 digest : 0xA2 0×01 0xEE 0×53 0x0C 0x7C 0×75 0x0C
Configuration last modified by 0.0.0.0 at 0-0-00 00:00:00
Local updater ID is 0.0.0.0 (no valid interface found)
Switch#
jika Number of existing VLANs berjumlah sama pada ketiga switch tersebut, maka VTP sudah bekerja.
Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 2
Switch(config-if)#ex
Switch(config-if)#switchport access vlan 3
Switch(config-if)#ex
Switch(config)#5. Konfigurasi VLAN pada Switch 1 dan Switch 2
Switch(config)#interface fa0/2 – hubungkan Hub VLAN 2 ke port fa0/2
Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 2
Switch(config-if)#ex
Switch(config)#interface fastEthernet0/3 – hubungkan Hub VLAN 3 ke port fa0/3
Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 3
Switch(config-if)#ex
tahap terakhir ini, anda tinggal menambahkan PC ke setiap VLAN, menuliskan alamat IP pada setiap PC,
lalu testing ping ke gateway. Jika sudah berhasil, anda tes ping ke PC di VLAN lain .
VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN , hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi workstation.
Konfigurasi VLAN – VTP menggunakan Cisco Packet Tracer
VTP (VLAN Trunk Protocol) adalah Cisco proprietary Layer 2 protocol yang mengatur penambahan, pengurangan, dan penamaan dari VLAN, jadi ketika ada VLAN baru yang dikonfigurasi pada salah satu VTP Server, VLAN tersebut akan langsung didistribusikan melalui trunk link ke semua switch yang terhubung dengan VTP Server.Keuntungan dari VTP ini adalah, kita tidak perlu mengkonfigurasi VLAN pada setiap switch, hanya tinggal meng-assign port-port masuk ke VLAN, jadi kita bisa menghemat waktu konfigurasi, hehe
Nah ! langsung saja saya menjelaskan bagaimana cara mengkonfigurasi VTP pada Switch Cisco.
Skema IP :
VLAN 2 :
IP Network : 192.168.2.0./24
IP Host : 192.168.2.2-255
VLAN 3 :
IP Network : 192.168.3.0/24
IP Host : 192.168.3.2-255
Router 0
konfigurasikan subinterface pada fa 0/0
subinterface fa0/0.2 = ip 192.168.2.1/24
subinterface fa0/0.3 = ip 192.168.3.1/24
Switch 0
konfigurasikan port fa0/1 sampai fa0/3 sebagai trunk link
hubungkan fa0/4 ke hub VLAN 2
hubungkan fa0/5 ke hub VLAN 3
konfigurasi VTP server, domain, dan password ( antara Server dan Client, domain dan password harus sama, yang hanya berbeda mode saja )
Switch 1 dan Switch 2
konfigurasikan port fa0/1 sebagai trunk link
hubungkan fa0/2 ke hub VLAN 2
hubungkan fa0/3 ke hub VLAN 3
konfigurasi VTP client, domain, dan password
( hubungkan antar Switch menggunakan kabel Cross dan menggunakan Port yang berfungsi sebagai Trunk link, seperti skema jaringan diatas )
Konfigurasi Router 0
Router>en
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#interface fa0/0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#ex
Router(config)#interface fa0/0.2
Router(config-subif)#encapsulation dot1Q 2
Router(config-subif)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
Router(config-subif)#ex
Router(config)#interface fa0/0.3
Router(config-subif)#encapsulation dot1Q 3
Router(config-subif)#ip address 192.168.3.1 255.255.255.0
Router(config-subif)#ex
Router(config)#
1. Pastikan anda mengkonfigurasi VTP Server dan Client sebelum menambahkan VLAN
Konfigurasi Switch 0 – VTP Server
Switch>en
Switch#conf t
Switch(config)#vtp mode serverSwitch(config)#vtp domain smk3
Switch(config)#vtp password smk3
Switch(config)#interface range fa0/1 – 3
Switch(config-if-range)#switchport mode trunk
Switch(config-if-range)#ex
Konfigurasi Switch 1 dan Switch 2 – VTP Client
Switch#en
Switch#conf t
Switch(config)#vtp mode clientSwitch#en
Switch#conf t
Switch(config)#vtp domain smk3
Switch(config)#vtp password smk3
Switch(config)#ex
Switch#
Switch(config)#interface range fa0/1
Switch(config-if)#switchport mode trunk
2. Pastikan VTP Server dengan Client sudah terkoneksi pada Switch 0, Switch 1 dan Switch 2
Switch#show vtp status
VTP Version : 2
Configuration Revision : 0
Maximum VLANs supported locally : 255
Number of existing VLANs : 5
VTP Operating Mode : Server
VTP Domain Name : smk3
VTP Pruning Mode : Disabled
VTP V2 Mode : Disabled
VTP Traps Generation : Disabled
MD5 digest : 0xA2 0×01 0xEE 0×53 0x0C 0x7C 0×75 0x0C
Configuration last modified by 0.0.0.0 at 0-0-00 00:00:00
Local updater ID is 0.0.0.0 (no valid interface found)
Switch#
diatas adalah konfigurasi VTP pada Switch 0, karena Switch 0 bekerja sebagai Server
perbedaanya pada Switch 1 dan Switch 2 adalah pada Operating Mode bekerja sebagai Client,jika Number of existing VLANs berjumlah sama pada ketiga switch tersebut, maka VTP sudah bekerja.
3. Menambahkan VLAN pada Switch 0
Konfigurasi VLAN 3
Switch(config)#vlan 3
Switch(config-vlan)#name Administrasi
Switch(config-vlan)#ex
Switch(config-vlan)#name Administrasi
Switch(config-vlan)#ex
Konfigurasi VLAN 4
Switch(config)#vlan 4Switch(config-vlan)#name Lab.Jaringan
Switch(config-vlan)#ex untuk memeriksa apakah VLAN sudah terdistribusi oleh Switch 0 gunakan perintah ini pada Switch 0, Switch 1, dan Switch 2
Switch#show vlan
VLAN Name Status Ports
—- ——————————– ——— ——————————-
1 default active Fa0/4, Fa0/5, Fa0/6, Fa0/7
Fa0/8, Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11
Fa0/12, Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15
Fa0/16, Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19
Fa0/20, Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23
Fa0/24, Gig1/1, Gig1/2
2 Admin active
3 Lab active
1002 fddi-default act/unsup
1003 token-ring-default act/unsup
1004 fddinet-default act/unsup
1005 trnet-default act/unsup
VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2
—- —– ———- —– —— —— ——– —- ——– —— ——
1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0
2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0
3 enet 100003 1500 - - - - - 0 0
1002 fddi 101002 1500 - - - - - 0 0
1003 tr 101003 1500 - - - - - 0 0
1004 fdnet 101004 1500 - - - ieee - 0 0
1005 trnet 101005 1500 - - - ibm - 0 0
Remote SPAN VLANs
——————————————————————————
Primary Secondary Type Ports
——- ——— —————– ——————————————
Switch#
Switch(config)#interface fa0/4 – hubungkan Daerah VLAN 2 ke port fa0/4Switch(config-vlan)#ex untuk memeriksa apakah VLAN sudah terdistribusi oleh Switch 0 gunakan perintah ini pada Switch 0, Switch 1, dan Switch 2
Switch#show vlan
VLAN Name Status Ports
—- ——————————– ——— ——————————-
1 default active Fa0/4, Fa0/5, Fa0/6, Fa0/7
Fa0/8, Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11
Fa0/12, Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15
Fa0/16, Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19
Fa0/20, Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23
Fa0/24, Gig1/1, Gig1/2
2 Admin active
3 Lab active
1002 fddi-default act/unsup
1003 token-ring-default act/unsup
1004 fddinet-default act/unsup
1005 trnet-default act/unsup
VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2
—- —– ———- —– —— —— ——– —- ——– —— ——
1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0
2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0
3 enet 100003 1500 - - - - - 0 0
1002 fddi 101002 1500 - - - - - 0 0
1003 tr 101003 1500 - - - - - 0 0
1004 fdnet 101004 1500 - - - ieee - 0 0
1005 trnet 101005 1500 - - - ibm - 0 0
Remote SPAN VLANs
——————————————————————————
Primary Secondary Type Ports
——- ——— —————– ——————————————
Switch#
jika pada Switch 1 dan 2 sudah sama seperti diatas, maka VLAN sudah berhasil didistribusikan tinggal memasukan port-port kedalam VLAN
4. Konfigurasi VLAN pada Switch 0Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 2
Switch(config-if)#ex
Switch(config)#interface fa0/5 – hubungkan Daerah VLAN 3 ke port fa0/5
Switch(config-if)#switchport mode accessSwitch(config-if)#switchport access vlan 3
Switch(config-if)#ex
Switch(config)#
Switch(config)#interface fa0/2 – hubungkan Hub VLAN 2 ke port fa0/2
Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 2
Switch(config-if)#ex
Switch(config)#interface fastEthernet0/3 – hubungkan Hub VLAN 3 ke port fa0/3
Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 3
Switch(config-if)#ex
tahap terakhir ini, anda tinggal menambahkan PC ke setiap VLAN, menuliskan alamat IP pada setiap PC,
lalu testing ping ke gateway. Jika sudah berhasil, anda tes ping ke PC di VLAN lain .
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
22.52
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 9) JARINGAN KOMPUTER
:..KONSEP DINAMIC ROUTING..::
Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh protokol routing. Protokol ini didesain untuk mendistribusikan informasi yang secara dinamis mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routing mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan akurat. Protokol routng didesain tidak hanya untuk mengubah ke rute backup bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh admin. Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan.
A. ALGORITMA ROUTING
Klasifikasi Algoritma Routing :
1. Global
Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost.
Contohnya adalah algoritma link state.
Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost.
Contohnya adalah algoritma link state.
2. Desentrasilasi
- Router mengetahui koneksi fisik atau link cost ke tetangga,
- Terjadi pengulangan proses komputasi dan mempertukarkan,
1. DISTANCE VECTOR
Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing
dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang saling berhubungan saat terjadi perubahan topologi. Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang terhubung secara langsung.Proses routing ini disebut juga dengan routing Bellman-Ford atau Ford-Fulkerson. Routing vektor jarak beroperasi dengan membiarkan setiap router menjaga tabel (sebuah vektor) memberikan jarak yang terbaik yang dapat diketahui ke setiap tujuan dan saluran yang dipakai menuju tujuan tersebut. Tabel-tabel ini di-update dengan cara saling bertukar informasi dengan router tetangga.
dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang saling berhubungan saat terjadi perubahan topologi. Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang terhubung secara langsung.Proses routing ini disebut juga dengan routing Bellman-Ford atau Ford-Fulkerson. Routing vektor jarak beroperasi dengan membiarkan setiap router menjaga tabel (sebuah vektor) memberikan jarak yang terbaik yang dapat diketahui ke setiap tujuan dan saluran yang dipakai menuju tujuan tersebut. Tabel-tabel ini di-update dengan cara saling bertukar informasi dengan router tetangga.
Routing distance vektor bertujuan untuk menentukan arah atau vektor dan
jarak ke link-link lain di suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.
jarak ke link-link lain di suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.
Misal, router Y menerima tabel informasi estimasi dari router X, dimana terdapat Xi, yang menyatakan estimasi waktu yang dibutuhkan oleh X untuk sampai ke router i. Bila Y mengetahui delay ke X sama dengan m milidetik, Y juga mengetahui bahwa Y dapat mencapai router i dalam Xi + m milidetik.
Struktur data tabel Distance Vector :
- Setiap node (router) memilikinya,
- Baris digunakan menunjukkan tujuan yang mungkin,
- Kolom digunakan menunjukkan untuk setiap node tetangga secara langsung,
- Sebagai contoh : pada router X, untuk tujuan Y melalui tetangga Z.
- Pembentukan tabel routing dilakukan dengan cara tiap-tiap router saling bertukar informasi routing dengan router yang terhubung secara langsung.
- Proses pertukaran informasi dilakukan secara periodik, misal setiap 45 detik.
Update table routing dilakukan ketika terjadi perubahan toplogi jaringan. Sama dengan proses discovery, proses update perubahan topologi step-by-step dari router ke router. Gambar diatas menunjukkan algoritma distance vector memanggil ke semua router untuk mengirim ke isi table routingnya. Table routing berisi informasi tentang total path cost yang ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama dalam jaringan yang ada di isi table routing, seperti skema oleh gambar di bawah ini.
Analogi distance vector dapat dianalogikan dengan jalan tol. Tanda yang menunjukkan titik ke tujuan dan menunjukkan jarak ke tujuan. Dengan adanya tanda-tanda seperti itu pengendara dapat dengan mudah mengetahui perkiraan jarak yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Dan tentunya jarak terpendek adalah rute yang terbaik.
2. LINK-STATE
Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma
shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari
informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak
spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka inter-koneksi.
shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari
informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak
spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka inter-koneksi.
Beberapa fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:
- Link-state advertisement (LSA) – paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router.
- Topological database – kumpulan informasi yang dari LSA-LSA.
- SPF algorithm – hasil perhitungan pada database sebagai hasil dari pohon SPF.
- Routing table – adalah daftar rute dan interface.
KONSEP LINK STATE
Dasar algoritma routing yang lain adalah algoritma link state. Algoritma link state biasa disebut sebagai algoritma Dijkstra atau algoritma Shortest Path First (SPF).
- Setiap router mempunyai peta jar,
- Router menentukan rute ke setiap tujuan di jar berdasarkan peta jar tersebut.
- Petajaringan disimpan router dalam bentuk database sebagai hasil dari pertukaran info link-state antara router-router bertetangga di jar tersebut.
- Setiap record dalam database menunjukkan status sebuah jalur dijar (link-tate).
- Menerapkan algoritma Dijkstra.
- Topologi jaringan dan link cost diketahui oleh semua node router.
- Dilakukan dengan cara mem-broadcast informasi link state.
- Semua node memiliki informasi yang sama.
- Menghitung cost terkecil dari satu node ke node lainnya.
- Memberikan tabel rute untuk router tersebut setelah iterasi sebanyak n, diketahui link cost terkecil untuk n tujuan.
B. PROTOKOL ROUTING
Routing protocol berbeda dengan routed protocol. Routing protocol adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya. Seperti pada gambar di bawah ini.
Protokol routing dinamik yang banyak digunakan dalam internetworking TCP/IP adalah RIP (Routing Information Protocol) yang menggunakan algoritma routing distance vector dan OSPF (Open Shortest Path First) yang menggunakan.algoritma link-state. Pada layer TCP/IP, router dapat menggunakan protokol routing untuk membentuk routing melalui suatu algoritma yang meliputi:
- RIP — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma distance vector,
- IGRP — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma Cisco distance vector,
- OSPF — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma link state,
- EIGRP — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma advanced Cisco distance vector.
Routing Information Protocol (RIP)
Routed protocol digunakan untuk user traffic secara langsung. Routed
protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya.
RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan memerlukan fitur router routing protokol. Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut:
protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya.
RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan memerlukan fitur router routing protokol. Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut:
- Routing protokol distance vector,
- Metric berdasarkan pada jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur,
- Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang,
- Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik.
1. RIP Versi 1
- Dokumen –> RFC1058.
- RIP V1 routing vektor-jarak yang dimodifikasi dengan triggered update dan split horizon dengan poisonous reverse untuk meningkatkan kinerjanya.
- RIP V1 diperlukan supaya host dan router dapat bertukar informasi untuk menghitung rute dalam jaringan TCP/IP.
- Informasi yang dipertukarkan RIP berupa :
a. Host
b. Network
c. Subnet
d. Rutedefault
2. RIP Versi 2
- Enhancement dari RIP versi1 ditambah dengan beberapa kemampuan baru,
- Algoritma routing sama dengan RIP versi1,
- Bedanya terletak pada format dengan tambahan informasi yang dikirim,
- Kemampuan baru :
a. Tag –> untuk rute eksternal.
b. Subnet mask.
c. Alamat hop berikutnya.
d. Autentikasi.
b. Subnet mask.
c. Alamat hop berikutnya.
d. Autentikasi.
IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)
IGRP merupakan distance vector IGP. Routing distance vector mengukur
jarak secara matematik. Pengukuran ini dikenal dengan nama distance vector. Router yang menggunakan distance vector harus mengirimkan semua atau sebagian table routing dalam pesan routing update dengan interval waktu yang regular ke semua router tetangganya. Isi dari informasi routing adalah:
jarak secara matematik. Pengukuran ini dikenal dengan nama distance vector. Router yang menggunakan distance vector harus mengirimkan semua atau sebagian table routing dalam pesan routing update dengan interval waktu yang regular ke semua router tetangganya. Isi dari informasi routing adalah:
- Identifikasi tujuan baru,
- Mempelajari apabila terjadi kegagalan.
IGRP adalah routing protokol distance vector yang dibuat oleh Cisco. IGRP
mengirimkan update routing setiap interval 90 detik. Update ini advertise semua jaringan dalam AS. Kunci desain jaringan IGRP adalah:
mengirimkan update routing setiap interval 90 detik. Update ini advertise semua jaringan dalam AS. Kunci desain jaringan IGRP adalah:
- Secara otomatis dapat menangani topologi yang komplek,
- Kemampuan ke segmen dengan bandwidth dan delay yang berbeda,
- Skalabilitas, untuk fungsi jaringan yang besar.
Secara default, IGRP menggunakan bandwidth dan delay sebagai metric. Untuk konfigurasi tambahan, IGRP dapat dikonfigurasi menggunakan kombinasi semua varibel atau yang disebut dengan composite metric. Variabel-variabel itu misalnya:
- Bandwidth
- Delay
- Load
- Reliability
IGRP yang merupakan contoh routing protokol yang menggunakan algoritma distance vector yang lain. Tidak seperti RIP, IGRP merupakan routing protokol yang dibuat oleh Cisco. IGRP juga sangat mudah diimplementasikan, meskipun IGRP merupakan routing potokol yang lebih komplek dari RIP dan banyak faktor yang dapat digunakan untuk mencapai jalur terbaik dengan karakteristik sebagai berikut:
- Protokol Routing Distance Vector.
- Menggunakan composite metric yang terdiri atas bandwidth, load, delay dan reliability.
- Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90 detik.
OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF merupakan interior routing protocol yang kepanjangan dari Open
Shortest Path First. OSPF didesain oleh IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( Shortest Path First ). Hampir sama dengan IGRP yaitu pada tahun 80-an.
Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi. OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada RFC nomor 1247. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut:
Shortest Path First. OSPF didesain oleh IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( Shortest Path First ). Hampir sama dengan IGRP yaitu pada tahun 80-an.
Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi. OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada RFC nomor 1247. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut:
- Protokol routing link-state.
- Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328.
- Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.
- Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.
- OSPF adalah linkstate protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork.
- OSPF lebih effisien daripada RIP.
- Antara RIP dan OSPF menggunakan di dalam Autonomous System ( AS ).
- Menggunakan protokol broadcast.
EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)
EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance vector, dengan
karakteristik sebagai berikut:
karakteristik sebagai berikut:
- Menggunakan protokol routing enhanced distance vector.
- Menggunakan cost load balancing yang tidak sama.
- Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan link-state.
- Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur terpendek.
note:
- Pada penggunaan EIGRP menggunakan autonomous sytem yang disebut sistem routing.
- router – router yang berada dalam suatu autonomuos sytem yang sama disebut Gateway Protocol (IGP)
- Routing didalam satu subnet dengan outonomous yang sama disebut system routing.
- Routing diantara dua subnet yang berlainan dengan autonomous system yang sma disebut interior routing.
- Jika router yang berada dalam suatu autonomuos system berhubungan dengan router lain,jenis protokol routing yang mengatur disebut Exterior ateway Protocols (EGP)
- Pada penerapan Dynamic routing terdapat konsep classfull dan classless.
- Classfull adalah penerapan subnet secara penuh atau default. /24,/16,/8 artinya penggunaan kelas full dikonsep ini.
- Classless artinya kita dapat mengunakan semua subnet yang dapat digunakan maksudnya kita dapat menggunakan metode VLSM pada penerapannya.
- Dynamic routing Classfull : Rip V1, IGRP
- Dynamic routing ClassLess : IS-IS,Rip V2,OSPF,EIGRP, dan BGP
Convergence
Convergence adalah suatu bahasan dalam Dynamic routing yang mempunyai keadaan dimana ketika semua router telah mempunyai routing tabel mereka sendiri sacara tetap dan konsisten. Jaringan yang Convergence ketika semua router telah mendapatkan hasil lengkap dan akurat mengenai informasi jaringan. Waktu convergence adalah waktu saar semua router berbagi informasi, menghitung jalur terbaik, mengperbaharui Routing tabel mereka. Jaringan tidak akan berhenti beroperi sanpai semua network mendapatkan status convergence, kebanyakan jaringan mempunyai waktu yang singkat untuk mengubah statusnya menjadi convergence.
Convergence mengambungkan sifat kolaborasi dan independen,artinya selain router membuat informasi routingnya sendiri tapi juga berkerjasama dengan router lain untuk menentukan jalur tebaik, serta mengantisipasi terhadap perubahan topologi bersama router lain.pencapaian status convergence secara cepat menandakan protokol routing yang lebih baik, RIP dan IGRP adalah jenis convergence yang lambat, EIGRP dan OSPF adalah jenis convergence yang cepat.
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
22.51
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 8)JARINGAN KOMPUTER
:..ROUTING STATIC..::
Rute Statik adalah rute atau jalur spesifik yang ditentukan oleh user untuk meneruskan paket dari sumber ke tujuan. Rute ini ditentukan oleh administrator untuk mengontrol perilaku routing dari IP “internetwork”.
Pentingnya Rute Statik
Rute Statik menjadi sangat penting jika software IOC Cisco tidak bisa membentuk sebuah rute ke tujuan tertentu. Rute Statik juga sangat berguna untuk membuat “gateway” untuk semua paket yang tidak bisa di”routing”.(default route).
“Stub Network”
Rute Statik, umumnya digunakan untuk jalur/path dari jaringan ke sebuah “stub network” (jaringan yang dibelakangnya tidak ada jaringan lain).
Sebuah “stub network’ (kadang di sebut “leaf node”) adalah jaringan yang hanya dapat diakses melalui satu rute. Seringkali, rute statik digunakan sebagai jalan satu-satunya untuk keluar masuk jaringan Stub.
Catatan : Rute statik dapat digunakan untuk koneksi ke suatu network yang tidak terhubung langsung dengan router anda. Untuk koneksi “end-to-end”, rute statik harus dikonfigurasi di dua arah.
Konfigurasi Rute Statik
Mengkonfigurasi Rute statik adalah dengan memasukkan tabel routing secara manual. Tidak terjadi perubahan dinamik dalam tabel ini selama jalur/rute aktif.
Perintah “ip route”
Perintah “ip route” digunakan untuk mengkonfigurasi sebuah rute statik dalam mode konfigurasi global.
ip route Command Syntax
Sintak untuk perintah “ip route” adalah sebagai berikut :
ip route network [mask] {address | interface}[distance] [permanent]
Parameter Perintah “ip route”
network : Network atau subnet tujuan
mask : Subnet mask
address : Alamat IP router Hop berikutnya.(IP address of next-hop router)
interface : Nama interface yang digunakan untuk mencapai network tujuan. Interface dapat berupa interface point-to-point. Perintah tidak akan berfungsi jika interface adalah multiaccess (contoh “shared media Ethernet interface”).
distance (Optional) : Mendefinisikan “administrative distance”.
permanent (Optional) : Menyatakan bahwa rute tidak akan dihapus, ketika interface mati (shuts down).
Contoh Konfigurasi Rute Statik
Tugas rute statik untuk mencapai stub network 172.16.1.0 adalah melalui Router A karena hanya ini satu-satunya jalan untuk mencapai network 172.16.1.0.
Contoh rute statik:
Router(config)#ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 172.16.2.1
Ip route : Identifikasi rute statik
172.16.1.0 : Alamat IP Stub Network
255.255.255.0 : Subnet Mask
172.16.2.1 : Alamat IP Router B
Catatan : Ini adalah sebuah rute “unidirectional”. Anda harus mengkonfigurasi rute dari arah/sisi lawan (Router B).
“Default Route”
“Default route” adalah tipe rute statik khusus. Sebuah “default route” adalah rute yang digunakan ketika rute dari sumber/source ke tujuan tidak dikenali atau ketika tidak terdapat informasi yang cukup dalam tabel routing ke network tujuan.
“Default Route Forwarding”
Pada gambar di atas, Router B dikonfigurasi untuk meneruskan/forward semua frame ke network tujuan yang tidak terdaftar secara eksplisit dalam routing tabel Router A.
Contoh “Default Route”
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.2.2
ip route : Menyatakan rute statik
0.0.0.0 : Rute ke “nonexistent subnet”(mencakup semua IP)
0.0.0.0 : Special mask mengindikasikan “default route”
172.16.2.2: Alamat IP Router A.
Kesimpulan
Rute Statik adalah rute atau jalur spesifik yang ditentukan oleh user untuk meneruskan paket dari sumber ke tujuan. Rute ini ditentukan oleh administrator untuk mengontrol perilaku routing dari IP “internetwork”.
Pentingnya Rute Statik
Rute Statik menjadi sangat penting jika software IOC Cisco tidak bisa membentuk sebuah rute ke tujuan tertentu. Rute Statik juga sangat berguna untuk membuat “gateway” untuk semua paket yang tidak bisa di”routing”.(default route).
“Stub Network”
Rute Statik, umumnya digunakan untuk jalur/path dari jaringan ke sebuah “stub network” (jaringan yang dibelakangnya tidak ada jaringan lain).
Sebuah “stub network’ (kadang di sebut “leaf node”) adalah jaringan yang hanya dapat diakses melalui satu rute. Seringkali, rute statik digunakan sebagai jalan satu-satunya untuk keluar masuk jaringan Stub.
Catatan : Rute statik dapat digunakan untuk koneksi ke suatu network yang tidak terhubung langsung dengan router anda. Untuk koneksi “end-to-end”, rute statik harus dikonfigurasi di dua arah.
Konfigurasi Rute Statik
Mengkonfigurasi Rute statik adalah dengan memasukkan tabel routing secara manual. Tidak terjadi perubahan dinamik dalam tabel ini selama jalur/rute aktif.
Perintah “ip route”
Perintah “ip route” digunakan untuk mengkonfigurasi sebuah rute statik dalam mode konfigurasi global.
ip route Command Syntax
Sintak untuk perintah “ip route” adalah sebagai berikut :
ip route network [mask] {address | interface}[distance] [permanent]
Parameter Perintah “ip route”
network : Network atau subnet tujuan
mask : Subnet mask
address : Alamat IP router Hop berikutnya.(IP address of next-hop router)
interface : Nama interface yang digunakan untuk mencapai network tujuan. Interface dapat berupa interface point-to-point. Perintah tidak akan berfungsi jika interface adalah multiaccess (contoh “shared media Ethernet interface”).
distance (Optional) : Mendefinisikan “administrative distance”.
permanent (Optional) : Menyatakan bahwa rute tidak akan dihapus, ketika interface mati (shuts down).
Contoh Konfigurasi Rute Statik
Tugas rute statik untuk mencapai stub network 172.16.1.0 adalah melalui Router A karena hanya ini satu-satunya jalan untuk mencapai network 172.16.1.0.
Contoh rute statik:
Router(config)#ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 172.16.2.1
Ip route : Identifikasi rute statik
172.16.1.0 : Alamat IP Stub Network
255.255.255.0 : Subnet Mask
172.16.2.1 : Alamat IP Router B
Catatan : Ini adalah sebuah rute “unidirectional”. Anda harus mengkonfigurasi rute dari arah/sisi lawan (Router B).
“Default Route”
“Default route” adalah tipe rute statik khusus. Sebuah “default route” adalah rute yang digunakan ketika rute dari sumber/source ke tujuan tidak dikenali atau ketika tidak terdapat informasi yang cukup dalam tabel routing ke network tujuan.
“Default Route Forwarding”
Pada gambar di atas, Router B dikonfigurasi untuk meneruskan/forward semua frame ke network tujuan yang tidak terdaftar secara eksplisit dalam routing tabel Router A.
Contoh “Default Route”
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.2.2
ip route : Menyatakan rute statik
0.0.0.0 : Rute ke “nonexistent subnet”(mencakup semua IP)
0.0.0.0 : Special mask mengindikasikan “default route”
172.16.2.2: Alamat IP Router A.
Kesimpulan
- Routing adalah proses dimana suatu item dapat sampai ke tujuan dari satu lokasi ke lokasi lain. Untuk bisa me-routing, sebuah router harus tahu alamat tujuan, alamat asal/source, rute awal yang mungkin, dan path/jalur terbaik.
- Informasi routing adalah router mempelajari, baik statik maupun dinamik, kemudian informasi tersebut ditempatkan dalam routing tabelnya.
- Rute Statik adalah rute atau jalur spesifik yang ditentukan oleh user untuk meneruskan paket dari sumber ke tujuan. Rute ini ditentukan oleh administrator untuk mengontrol perilaku routing dari IP “internetwork”.
- Untuk mengkonfigurasi sebuah rute statik, masukkan perintah “ip route” dengan diikuti parameter: network, mask, address/alamat, interface, dan jarak/distance.
- “Default route” adalah tipe rute statik khusus. Sebuah “default route” adalah rute yang digunakan ketika rute dari sumber/source ke tujuan tidak dikenali atau ketika tidak terdapat informasi yang cukup dalam tabel routing ke network tujuan.
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
22.49
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 7) JARINGAN KOMPUTER
Selasa, 04 Januari 2011
:..SUBNETTING dan VLSM..::
VLSM (Variable Length Subnet Mask)
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnetones tidak bias digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Manfaat dari VLSM adalah memberbaiki kekurangan metode conventional subnetting. Dalam subnetting tradisional, semua subnet mempunyai kapasitas yang sama. Ini akan menimbulkan masalah ketika ada beberapa subnet yang jauh lebih besar daripada yang lain atau sebaliknya. Sedangkan pada metode subnetting VLSM semua subnet tidak harus mempunyai kapasitas yang sama, jadi bias disesuaikan dengan kebutuhan kita.
Misalkan kita memiliki empat buah network dengan jumlah host yang berbeda-beda untuk tiap
networknya. Net-A (14 host), Net-B (30 host), Net-C (20 host) dan Net-D (6 Host). Ip yang digunakan adalah 192.168.100.xx . Bagaimana kita membuat subnet dengan menggunakan VLSM?
Langkah 1
Tentukan terlebih dahulu urutan network dengan jumlah host terbanyak dan subnet yang akan
digunakan. Dalam kasus ini urutan network mulai dari host terbanyak adalah Net-B, Net-C, Net-A dan Net-D. Bila dilihat jumlah host terbanyak yaitu pada Net-B, bandingkan dan pilihlah subnet yang memiliki selisih paling sedikit atau sama antara host per subnet dengan host terbanyak.
CIDR Host per subnet Blok subnet
/26 62 64
/27 30 32
/28 14 16
/29 6 8
/30 2 4
Langlah 2
Buat blok-subnet dari subnet yang sudah dipilih
Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64 192.168.100.96
Ip pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65 192.168.100.97
Ip terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94 192.168.100.126
Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95 192.168.100.127
Bila kita menggunakan subnet secara langsung, maka kita membutuhkan 4 blok-subnet untuk
menghubungkan keempat network tersebut. Berbeda halnya bila kita menggunakan VLSM.
Langkah 3
Bila menggunakan VLSM maka kita perlu untuk menentukan subnet yang akan digunakan untuk masingmasing network.
CIDR Host per subnet Blok subnet Network
/26 62 64 -
/27 30 32 B dan C
/28 14 16 A
/29 6 8 D
/30 2 4 -
Langkah 4
Menentukan jumlah blok-subnet yang baru
Berdasarkan blok-subnet pada langlah 2, kita memilih blok-subnet baru yang dapat menampung seluruh host dalam network A, B, C dan D. Perlu diingat bahwa satu blok-subnet dapat menampung 30 host.
Net-B Net-C Net-A dan Net-D
Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64
Ip pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65
Ip terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94
Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95
Net-B menempati satu blok-subnet karena jumlah host = jumlah host per subnet (30=30).
Net-C menempati satu blok-subnet karena jumlah host mendekati jumlah host per subnet (20 > 30).
Net-A dan Net-D menempati satu blok-subnet karena jumlah host dari kedua network tersebut hasilnya mendekati jumlah host per subnet (14 + 6 > 30).
Langkah 5
Menentukan subnet untuk VLSM
Blok-subnet untuk net-B dan net-C sudah tidak perlu lagi dipersoalkan tinggal bagaimana blok-subnet untuk net-A dan net-D. Berdasarkan langkah 3 kita menggunakan /28 untuk net-A dan /29 untuk net-B.
Berikut blok-subnet yang digunakan oleh net-A.
Net-A
Subnet VLSM 192.168.100.64 192.168.100.80
Ip pertama 192.168.100.65 192.168.100.81
Ip terakhir 192.168.100.78 192.168.100.94
Broadcast 192.168.100.79 192.168.100.95
Perhatikan, lompatan blok-subnet untuk net-A langsung menggunakan 64 tidak menggunakan 0 , 16, 32,48 karena sudah digunakan oleh net-B dan net-C. Jumlah host per subnet yang digunakan untuk net-A pun sesuai dengan format subnet yang digunakan yaitu 14. Blok-subnet kedua dari /28 pada net-A digunakan oleh net-B dengan format berbeda yaitu /29, dengan alasan yang sama maka lompatan bloksubnet untuk net-B langsung 80, sehingga blok-subnet yang baru untuk net-B yaitu :
Net-B
Subnet VLSM 192.168.100.80
Ip pertama 192.168.100.81
Ip terakhir 192.168.100.86
Broadcast 192.168.100.87
Secara lengkap subnet yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Net-B 192.168.100.0 /27
Net-C 192.168.100.32 /27
Net-A 192.168.100.64 /28
Net-D 192.168.100.80 /2
VLSM (Variable Length Subnet Mask)
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnetones tidak bias digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Manfaat dari VLSM adalah memberbaiki kekurangan metode conventional subnetting. Dalam subnetting tradisional, semua subnet mempunyai kapasitas yang sama. Ini akan menimbulkan masalah ketika ada beberapa subnet yang jauh lebih besar daripada yang lain atau sebaliknya. Sedangkan pada metode subnetting VLSM semua subnet tidak harus mempunyai kapasitas yang sama, jadi bias disesuaikan dengan kebutuhan kita.
Misalkan kita memiliki empat buah network dengan jumlah host yang berbeda-beda untuk tiap
networknya. Net-A (14 host), Net-B (30 host), Net-C (20 host) dan Net-D (6 Host). Ip yang digunakan adalah 192.168.100.xx . Bagaimana kita membuat subnet dengan menggunakan VLSM?
Langkah 1
Tentukan terlebih dahulu urutan network dengan jumlah host terbanyak dan subnet yang akan
digunakan. Dalam kasus ini urutan network mulai dari host terbanyak adalah Net-B, Net-C, Net-A dan Net-D. Bila dilihat jumlah host terbanyak yaitu pada Net-B, bandingkan dan pilihlah subnet yang memiliki selisih paling sedikit atau sama antara host per subnet dengan host terbanyak.
CIDR Host per subnet Blok subnet
/26 62 64
/27 30 32
/28 14 16
/29 6 8
/30 2 4
Langlah 2
Buat blok-subnet dari subnet yang sudah dipilih
Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64 192.168.100.96
Ip pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65 192.168.100.97
Ip terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94 192.168.100.126
Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95 192.168.100.127
Bila kita menggunakan subnet secara langsung, maka kita membutuhkan 4 blok-subnet untuk
menghubungkan keempat network tersebut. Berbeda halnya bila kita menggunakan VLSM.
Langkah 3
Bila menggunakan VLSM maka kita perlu untuk menentukan subnet yang akan digunakan untuk masingmasing network.
CIDR Host per subnet Blok subnet Network
/26 62 64 -
/27 30 32 B dan C
/28 14 16 A
/29 6 8 D
/30 2 4 -
Langkah 4
Menentukan jumlah blok-subnet yang baru
Berdasarkan blok-subnet pada langlah 2, kita memilih blok-subnet baru yang dapat menampung seluruh host dalam network A, B, C dan D. Perlu diingat bahwa satu blok-subnet dapat menampung 30 host.
Net-B Net-C Net-A dan Net-D
Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64
Ip pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65
Ip terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94
Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95
Net-B menempati satu blok-subnet karena jumlah host = jumlah host per subnet (30=30).
Net-C menempati satu blok-subnet karena jumlah host mendekati jumlah host per subnet (20 > 30).
Net-A dan Net-D menempati satu blok-subnet karena jumlah host dari kedua network tersebut hasilnya mendekati jumlah host per subnet (14 + 6 > 30).
Langkah 5
Menentukan subnet untuk VLSM
Blok-subnet untuk net-B dan net-C sudah tidak perlu lagi dipersoalkan tinggal bagaimana blok-subnet untuk net-A dan net-D. Berdasarkan langkah 3 kita menggunakan /28 untuk net-A dan /29 untuk net-B.
Berikut blok-subnet yang digunakan oleh net-A.
Net-A
Subnet VLSM 192.168.100.64 192.168.100.80
Ip pertama 192.168.100.65 192.168.100.81
Ip terakhir 192.168.100.78 192.168.100.94
Broadcast 192.168.100.79 192.168.100.95
Perhatikan, lompatan blok-subnet untuk net-A langsung menggunakan 64 tidak menggunakan 0 , 16, 32,48 karena sudah digunakan oleh net-B dan net-C. Jumlah host per subnet yang digunakan untuk net-A pun sesuai dengan format subnet yang digunakan yaitu 14. Blok-subnet kedua dari /28 pada net-A digunakan oleh net-B dengan format berbeda yaitu /29, dengan alasan yang sama maka lompatan bloksubnet untuk net-B langsung 80, sehingga blok-subnet yang baru untuk net-B yaitu :
Net-B
Subnet VLSM 192.168.100.80
Ip pertama 192.168.100.81
Ip terakhir 192.168.100.86
Broadcast 192.168.100.87
Secara lengkap subnet yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Net-B 192.168.100.0 /27
Net-C 192.168.100.32 /27
Net-A 192.168.100.64 /28
Net-D 192.168.100.80 /2
Subnet | 10.0.0.0 | 10.1.0.0 | *** | 10.254.0.0 | 10.255.0.0 |
Host pertama | 10.0.0.1 | 10.1.0.1 | *** | 10.254.0.1 | 10.255.0.0 |
Host Terakhir | 10.0.255.254 | 10.1.255.254 | *** | 10.254.255.254 | 10.255.255.254 |
Broadcast | 10.0.255.255 | 10.1.255.255 | *** | 10.254.255.255 | 10.255.255.255 |
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
02.49
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 6) JARINGAN KOMPUTER
::..SUBNETTING..::
Pengertian
Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih kecil, yang disebut subnet (subnetwork).
Subnet Mask merupakan angka biner 32 bit yang digunakan untuk :
•Membedakan antara network ID dengan host ID.
•Menunjukkan letak suatu host, apakah host tersebut berada pada jaringan luar atau jaringan lokal.
Tujuan
•Membagi satu kelas netwok atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
•Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
•Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
•Penggunaan IP Address yang lebih efisien.
Dua pendekatan dalam melakukan pembentukan subnet
•Berdasarkan jumlah jaringan yang akan dibentuk.
•Berdasarkan jumlah host yang dibentuk dalam jaringan.
Kedua-duanya akan dipakai untuk menentukan efisiensi pe¬nomoran IP dalam suatu lingkungan jaringan. Pada subnet mask seluruh bit yang berhubungan dengan host ID diset 0. Sedangkan bit yang berhubungan dengan network ID diset 1.
Untuk menentukan suatu host berada pada jaringan luar atau pada jaringan lokal, kita dapat melakukan operasi AND antara subnet mask dengan IP Address asal dan IP Address tujuan, serta membandingkan hasilnya sehingga dapat diketahui ke mana arah tujuan dari paket IP tersebut. Jika kedua hasil operasi tersebut sama, maka host tujuan terletak di jaringan lokal dan paket IP dikirim langsung ke host tujuan. Jika hasilnya berbeda, maka host terletak di luar jaringan lokal, sehingga paket IP dikirim ke default router.
Subnetting merupakan suatu hal yang wajib dikuasai oleh seorang Network Administrator. Administrator-administrator yang mengelola jaringan besar sering kali merasa perlu membagi-bagi jaringan menjadi bagian yang lebih kecil lagi yang disebut sub networks. Saya akan menjelaskan mengenai konsep subnetting ini dengan menggunakan ilustrasi dan analogi yang ada disekitar kita.
Apa sebenarnya yang disebut dengan subnetting dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama RE Martadinata terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. RE Martadinata.
Dikarenakan oleh suatu keadaan dimana rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan konsep subnetting. Dimana tujuannya ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 4 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 10 komputer (host). Tujuan lainnya juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl. RE Martadinata dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut. Broadcast-broadcast ini secara berkesinambungan dikirim ke semua host dalam sebuah network. Saat traffic broadcast mulai mengonsumsi begitu banyak bandwith tersedia, maka administrator perlu mengambil langkah subnetting untuk mereduksi ukuran broadcast domain tersebut, sehingga diperoleh performansi jaringan yang lebih baik.
Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS. Sebuah network tunggal dan besar yang dibatasi oleh area geografis dapat menimbulkan berbagai masalah terutama di sisi kecepatan. Dengan mengkoneksikan multi jaringan yang lebih kecil maka diharapkan dapat membuat sistem lebih efisien.
Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl RE Martadinata tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang).
CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
Diperkenalkan oleh lembaga IETF pada tahun 1992, merupakan konsep baru untuk mengembangkan supernetting dengan ClassLess Inter-Domain Routing. Pada dasarnya CIDR menghindari cara pembagian IPAddress tradidional menggunakan kelas A,B, dan C. CIDR menggunakan “network prefix” dengan panang tertentu. Prefex length menentukan jumlah “bit sebelah kiri” yang akan digunakan sebagai network ID.
Jika suatu IP Address memiliki 16 bit sebagai network ID, maka IP address tersebut akan diberi prefiks 16 bit yang umumnya ditullis “/16″ dibelakang IP address.
Contoh : 120.60.202.1/16
Oleh karena tidak mengnal kelas, CIDR dapat mengalokasikan kelompok IP address dengan lebih efektif.
Seperti contoh, ika suatu blok IP address (202.91.8.0/26) dialokasikan untuk sejumlah host yang akan dibagi dalam beberapa sub jaringan/subnet maka setiap subnet akan menerima porsi IP address yang sama satu sama lain.
Subnet1 = 62 host – network address = 202.91.8.0/26
Subnet2 = 62 host – network address = 202.91.8.64/26
Subnet3 = 62 host – network address = 202.91.8.128/26
Subnet4 = 62 host – network address = 202.91.8.192/26
subnetmask = 255.255.255.192
bila satu subnet masih ingin memecah Jaringan menjadi beberapa bagian, misal subnet 4 masih akan dibagi dalam 2 jaringan, maka 62 IP akan dipecah lagi dalam 2 subnet dengan jumlah host yang sama.
Subnet4 = 30 host – network address = 202.91.8.192/27
Subnet5 = 30 host – network address = 202.91.8.224/27
subnetmask = 255.255.255.224
Sisa host masing2 subnet yang baru hanya 30 host karena 1IP(IP pertama) sebagai alamat network dan IP terahir sebagai alamat broadcast.
Pengertian
Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih kecil, yang disebut subnet (subnetwork).
Subnet Mask merupakan angka biner 32 bit yang digunakan untuk :
•Membedakan antara network ID dengan host ID.
•Menunjukkan letak suatu host, apakah host tersebut berada pada jaringan luar atau jaringan lokal.
Tujuan
•Membagi satu kelas netwok atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
•Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
•Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
•Penggunaan IP Address yang lebih efisien.
Dua pendekatan dalam melakukan pembentukan subnet
•Berdasarkan jumlah jaringan yang akan dibentuk.
•Berdasarkan jumlah host yang dibentuk dalam jaringan.
Kedua-duanya akan dipakai untuk menentukan efisiensi pe¬nomoran IP dalam suatu lingkungan jaringan. Pada subnet mask seluruh bit yang berhubungan dengan host ID diset 0. Sedangkan bit yang berhubungan dengan network ID diset 1.
Untuk menentukan suatu host berada pada jaringan luar atau pada jaringan lokal, kita dapat melakukan operasi AND antara subnet mask dengan IP Address asal dan IP Address tujuan, serta membandingkan hasilnya sehingga dapat diketahui ke mana arah tujuan dari paket IP tersebut. Jika kedua hasil operasi tersebut sama, maka host tujuan terletak di jaringan lokal dan paket IP dikirim langsung ke host tujuan. Jika hasilnya berbeda, maka host terletak di luar jaringan lokal, sehingga paket IP dikirim ke default router.
Subnetting merupakan suatu hal yang wajib dikuasai oleh seorang Network Administrator. Administrator-administrator yang mengelola jaringan besar sering kali merasa perlu membagi-bagi jaringan menjadi bagian yang lebih kecil lagi yang disebut sub networks. Saya akan menjelaskan mengenai konsep subnetting ini dengan menggunakan ilustrasi dan analogi yang ada disekitar kita.
Apa sebenarnya yang disebut dengan subnetting dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama RE Martadinata terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. RE Martadinata.
Dikarenakan oleh suatu keadaan dimana rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan konsep subnetting. Dimana tujuannya ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 4 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 10 komputer (host). Tujuan lainnya juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl. RE Martadinata dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut. Broadcast-broadcast ini secara berkesinambungan dikirim ke semua host dalam sebuah network. Saat traffic broadcast mulai mengonsumsi begitu banyak bandwith tersedia, maka administrator perlu mengambil langkah subnetting untuk mereduksi ukuran broadcast domain tersebut, sehingga diperoleh performansi jaringan yang lebih baik.
Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS. Sebuah network tunggal dan besar yang dibatasi oleh area geografis dapat menimbulkan berbagai masalah terutama di sisi kecepatan. Dengan mengkoneksikan multi jaringan yang lebih kecil maka diharapkan dapat membuat sistem lebih efisien.
Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl RE Martadinata tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang).
CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
Diperkenalkan oleh lembaga IETF pada tahun 1992, merupakan konsep baru untuk mengembangkan supernetting dengan ClassLess Inter-Domain Routing. Pada dasarnya CIDR menghindari cara pembagian IPAddress tradidional menggunakan kelas A,B, dan C. CIDR menggunakan “network prefix” dengan panang tertentu. Prefex length menentukan jumlah “bit sebelah kiri” yang akan digunakan sebagai network ID.
Jika suatu IP Address memiliki 16 bit sebagai network ID, maka IP address tersebut akan diberi prefiks 16 bit yang umumnya ditullis “/16″ dibelakang IP address.
Contoh : 120.60.202.1/16
Oleh karena tidak mengnal kelas, CIDR dapat mengalokasikan kelompok IP address dengan lebih efektif.
Seperti contoh, ika suatu blok IP address (202.91.8.0/26) dialokasikan untuk sejumlah host yang akan dibagi dalam beberapa sub jaringan/subnet maka setiap subnet akan menerima porsi IP address yang sama satu sama lain.
Subnet1 = 62 host – network address = 202.91.8.0/26
Subnet2 = 62 host – network address = 202.91.8.64/26
Subnet3 = 62 host – network address = 202.91.8.128/26
Subnet4 = 62 host – network address = 202.91.8.192/26
subnetmask = 255.255.255.192
bila satu subnet masih ingin memecah Jaringan menjadi beberapa bagian, misal subnet 4 masih akan dibagi dalam 2 jaringan, maka 62 IP akan dipecah lagi dalam 2 subnet dengan jumlah host yang sama.
Subnet4 = 30 host – network address = 202.91.8.192/27
Subnet5 = 30 host – network address = 202.91.8.224/27
subnetmask = 255.255.255.224
Sisa host masing2 subnet yang baru hanya 30 host karena 1IP(IP pertama) sebagai alamat network dan IP terahir sebagai alamat broadcast.
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
02.48
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 5) JARINGAN KOMPUTER
:..IP ADDRESS..::
Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.
Alamat IP versi 4
adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4(karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamt IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai nilai host yang dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host. sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6 atau IPv6.
Representasi Alamat
Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
Dalam RFC 791, alamat IP versi 4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet pertamanya, seperti terlihat pada tabel. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas IP versi 4 adalah pola biner yang terdapat dalam oktet pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tapi untuk lebih mudah mengingatnya, akan lebih cepat diingat dengan menggunakan representasi desimal.
Kelas A
Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.
Kelas B
Alamat-alamat kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.
Kelas C
Alamat IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.
Kelas D
Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.
Kelas E
Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat “eksperimental” atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.
Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.
Alamat IP versi 4
adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4(karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamt IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai nilai host yang dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host. sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6 atau IPv6.
Representasi Alamat
Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
- Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada.
Dalam banyak kasus, sebuah alamat network identifier adalah sama dengan segmen jaringan fisik dengan batasan yang dibuat dan didefinisikan oleh router IP. Meskipun demikian, ada beberapa kasus di mana beberapa jaringan logis terdapat di dalam sebuah segmen jaringan fisik yang sama dengan menggunakan sebuah praktek yang disebut sebagai multinetting. Semua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah Internetwork. Jika semua node di dalam jaringan logis yang sama tidak dikonfigurasikan dengan menggunakan network identifier yang sama, maka terjadilah masalah yang disebut dengan routing error.
Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255. - Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada.
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
- Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah Internetwork IP. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
- Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.
- Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.
Dalam RFC 791, alamat IP versi 4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet pertamanya, seperti terlihat pada tabel. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas IP versi 4 adalah pola biner yang terdapat dalam oktet pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tapi untuk lebih mudah mengingatnya, akan lebih cepat diingat dengan menggunakan representasi desimal.
Kelas Alamat IP | Oktet pertama (desimal) | Oktet pertama (biner) | Digunakan oleh |
Kelas A | 1–126 | 0xxx xxxx | Alamat unicast untuk jaringan skala besar |
Kelas B | 128–191 | 10xx xxxx | Alamat unicast untuk jaringan skala menengah hingga skala besar |
Kelas C | 192–223 | 110x xxxx | Alamat unicast untuk jaringan skala kecil |
Kelas D | 224–239 | 1110 xxxx | Alamat multicast (bukan alamat unicast) |
Kelas E | 240–255 | 1111 xxxx | Direservasikan;umumnya digunakan sebagai alamat percobaan (eksperimen); (bukan alamat unicast) |
Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.
Kelas B
Alamat-alamat kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.
Kelas C
Alamat IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.
Kelas D
Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.
Kelas E
Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat “eksperimental” atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
02.47
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
(Pertemuan 4) JARINGAN KOMPUTER
::..Internet protocol..::
Internet protocol adalah protokol lapisan jaringan (network layer dalam OSI Reference Model) atau protokol lapisan internetwork (internetwork layer dalam DARPA Reference Model) yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan routing paket data antar host-host di jaringan komputer berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4) yang didefinisikan pada RFC 791 dan dipublikasikan pada tahun 1981, tetapi akan digantikan oleh IP versi 6 pada beberapa waktu yang akan datang.
Prinsip Kerja Internet Protocol
Fungsi dari Internet Protocol secara sederhana dapat diterangkan seperti cara kerja kantor pos pada proses pengiriman surat. Surat kita masukan ke kotak pos akan diambil oleh petugas pos dan kemudian akan dikirim melalui route yang random, tanpa si pengirim maupun si penerima surat mengetahui jalur perjalanan surat tersebut. Juga jika kita mengirimkan dua surat yang ditujukan pada alamat yang sama pada hari yang sama, belum tentu akan sampai bersamaan karena mungkin surat yang satu akan mengambil route yang berbeda dengan surat yang lain. Di samping itu, tidak ada jaminan bahwa surat akan sampai ditangan tujuan, kecuali jika kita mengirimkannya menggunakan surat tercatat.
Prinsip di atas digunakan oleh Internet Protocol, “surat” diatas dikenal dengan sebutan datagram. Internet Protocol (IP) berfungsi menyampaikan datagram dari satu komputer ke komputer lain tanpa tergantung pada media kompunikasi yang digunakan. Data transport layer dipotong menjadi datagram-datagram yang dapat dibawa oleh IP. Tiap datagram dilepas dalam jaringan komputer dan akan mencari sendiri secara otomatis rute yang harus ditempuh ke komputer tujuan. Hal ini dikenal sebagai transmisi connectionless. Dengan kata lain, komputer pengirim datagram sama sekali tidak mengetahui apakah datagram akan sampai atau tidak.
Untuk membantu mencapai komputer tujuan, setiap komputer dalam jaringan TCP/IP harus diberikan IP address. IP address harus unik untuk setiap komputer, tetapi tidak menjadi halangan bila sebuah komputer mempunyai beberapa IP address. IP address terdiri atas 8 byte data yang mempunyai nilai dari 0-255 yang sering ditulis dalam bentuk [xxx.xxx.xxx.xxx] (xxx mempunyai nilai dari 0-255).
Pada header internet protokol selain IP address dari komputer tujuan dan komputer pengirim datagram juga terdapat beberapa informasi lainnya. Informasi ini mencakup jenis dari protokol transport layer yang ditumpangkan diatas IP. Tampak pada gambar 0501 ada dua jenis protokol pada transport layer yaitu TCP dan UDP. Informasi penting lainnya adalah Time-To-Live (TTL) yang menentukan berapa lama IP dapat hidup didalam jaringan. Nilai TTL akan dikurangi satu jika IP melalui sebuah komputer. Hal ini penting artinya terutama karena IP dilepas di jaringan komputer. Jika karena satu dan lain hal IP tidak berhasil menemukan alamat tujuan maka dengan adanya TTL IP akan mati dengan sendirinya pada saat TTL bernilai nol. Disamping itu juga tiap IP yang dikirimkan diberikan identifikasi sehingga bersama-sama dengan IP address komputer pengirim data dan komputer tujuan, tiap IP dalam jaringan adalah unik.
Khususnya untuk pemakai jaringan komputer hal yang terpenting untuk dipahami secara benar-benar adalah konsep IP address. Lembaga yang mengatur IP address adalah Network Information Center (NIC) di Department of Defence di US yang beralamat di http://www.nic.mil/. Pengaturan IP address penting, terutama pada saat mengatur routing secara otomatis. Sebagai contoh jaringan komputer di amatir radio mempunyai IP address kelas yang me
Internet protocol adalah protokol lapisan jaringan (network layer dalam OSI Reference Model) atau protokol lapisan internetwork (internetwork layer dalam DARPA Reference Model) yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan routing paket data antar host-host di jaringan komputer berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4) yang didefinisikan pada RFC 791 dan dipublikasikan pada tahun 1981, tetapi akan digantikan oleh IP versi 6 pada beberapa waktu yang akan datang.
Prinsip Kerja Internet Protocol
Fungsi dari Internet Protocol secara sederhana dapat diterangkan seperti cara kerja kantor pos pada proses pengiriman surat. Surat kita masukan ke kotak pos akan diambil oleh petugas pos dan kemudian akan dikirim melalui route yang random, tanpa si pengirim maupun si penerima surat mengetahui jalur perjalanan surat tersebut. Juga jika kita mengirimkan dua surat yang ditujukan pada alamat yang sama pada hari yang sama, belum tentu akan sampai bersamaan karena mungkin surat yang satu akan mengambil route yang berbeda dengan surat yang lain. Di samping itu, tidak ada jaminan bahwa surat akan sampai ditangan tujuan, kecuali jika kita mengirimkannya menggunakan surat tercatat.
Prinsip di atas digunakan oleh Internet Protocol, “surat” diatas dikenal dengan sebutan datagram. Internet Protocol (IP) berfungsi menyampaikan datagram dari satu komputer ke komputer lain tanpa tergantung pada media kompunikasi yang digunakan. Data transport layer dipotong menjadi datagram-datagram yang dapat dibawa oleh IP. Tiap datagram dilepas dalam jaringan komputer dan akan mencari sendiri secara otomatis rute yang harus ditempuh ke komputer tujuan. Hal ini dikenal sebagai transmisi connectionless. Dengan kata lain, komputer pengirim datagram sama sekali tidak mengetahui apakah datagram akan sampai atau tidak.
Untuk membantu mencapai komputer tujuan, setiap komputer dalam jaringan TCP/IP harus diberikan IP address. IP address harus unik untuk setiap komputer, tetapi tidak menjadi halangan bila sebuah komputer mempunyai beberapa IP address. IP address terdiri atas 8 byte data yang mempunyai nilai dari 0-255 yang sering ditulis dalam bentuk [xxx.xxx.xxx.xxx] (xxx mempunyai nilai dari 0-255).
Pada header internet protokol selain IP address dari komputer tujuan dan komputer pengirim datagram juga terdapat beberapa informasi lainnya. Informasi ini mencakup jenis dari protokol transport layer yang ditumpangkan diatas IP. Tampak pada gambar 0501 ada dua jenis protokol pada transport layer yaitu TCP dan UDP. Informasi penting lainnya adalah Time-To-Live (TTL) yang menentukan berapa lama IP dapat hidup didalam jaringan. Nilai TTL akan dikurangi satu jika IP melalui sebuah komputer. Hal ini penting artinya terutama karena IP dilepas di jaringan komputer. Jika karena satu dan lain hal IP tidak berhasil menemukan alamat tujuan maka dengan adanya TTL IP akan mati dengan sendirinya pada saat TTL bernilai nol. Disamping itu juga tiap IP yang dikirimkan diberikan identifikasi sehingga bersama-sama dengan IP address komputer pengirim data dan komputer tujuan, tiap IP dalam jaringan adalah unik.
Khususnya untuk pemakai jaringan komputer hal yang terpenting untuk dipahami secara benar-benar adalah konsep IP address. Lembaga yang mengatur IP address adalah Network Information Center (NIC) di Department of Defence di US yang beralamat di http://www.nic.mil/. Pengaturan IP address penting, terutama pada saat mengatur routing secara otomatis. Sebagai contoh jaringan komputer di amatir radio mempunyai IP address kelas yang me
Diposting oleh
WuriEyanty U.A (09390100032)
di
02.45
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Postingan (Atom)